5 Cara Untuk Menghindari Diabetes

Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan kencing manis adalah penyakit yang tanpa disadari menyerang kita. Banyak sekali kejadian di rumah sakit penyakit diabetes tanpa di sadari oleh penderita,pasien sadar sudah terkena diabetes pada saat di rumah sakit. Oleh karena itu bagi kita yang sudah berumur diatas 35 tahun wajib untuk memeriksakan diri kadar gula kita. Baca selanjutnya ...

Cara Merangsang Otak Anak

Untuk orang tua jangan sampai lewatkan periode emas anak kita,periode emas yang terjadinya 1 kali dalam hidup sangat di sayangkan bila di lewatkan oleh orang tua. Periode emas yang terjadi pada umur 1-3 tahun dimana pada waktu itu anak sedang dalam proses membentuk jati diri. Pembentukan kognisi serta emosi pada periode emas ciptakan fondasi yang hakiki buat anak oleh karena itu sangat di sayangkan seandinya di lewatkan orng tua. Dalam periode emas ini orang tua sangat berperan penting mulai memberikan nutrisi yang lengkap dan seimbang hingga membantu anak mencapai perkembangan mental dan kognisi yang optimal. Baca selanjutnya ...

Asuhan Keperawatan pada pasien Fraktur

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner and Suddart, 2000) Baca selanjutnya ...

Mengenal Lebih Jauh Tentang Hamil Anggur (Mola Hydatidosa)

Kehamilan anggur atau dalam kata medis di kenal dengan mola hydatidosa adalah tumor yang jinak (benigna) dari chorion yang terjadi pada masa reproduksi. Kehamilan anggur sering terjadi pada wanita umur 45 tahun ke atas namun di rumah sakit besar jarang terjadi terutama di Indonesia kira-kira 1 di antara 80 persalinan. Baca selanjutnya ...

Asuhan Keperawatan pada pasien Tbc

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI). Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999). Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk batang dan Tahan asam ( Price , 1997 ) Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 – 4 /mm Dengan tebal 0,3 – 0,5 mm. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare. Baca selanjutnya ...

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) Pre Acut / Post Acut Care

Minggu, 02 Juni 2013

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan  ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) Pre Acut / Post Acut Care





Definisi

            Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru.

Etiologi

ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung.

Faktor Resiko

1. Trauma langsung pada paru
  • Pneumoni virus,bakteri,fungal
  • Contusio paru
  • Aspirasi cairan lambung
  • Inhalasi asap berlebih
  • Inhalasi toksin
  • Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
2. Trauma tidak langsung
  • Sepsis
  • Shock
  • DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation)
  • Pankreatitis
  • Uremia
  • Overdosis Obat
  • Idiophatic (tidak diketahui)
·      Bedah Cardiobaypass yang lama
  • Transfusi darah yang banyak
  • PIH (Pregnand Induced Hipertension)
  • Peningkatan TIK
  • Terapi radiasi
 Manifestasi Klinik

1.      Peningkatan jumlah pernapasan
2.      Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3.      Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan


Penata Laksanaan Medis

Tujuan Terapi :
·         Support pernapasan
·         Mengobati penyebab jika mungkin
·         Mencegah komplikasi.

Terapi :
·         Intubasi untuk pemasangan ETT
·         Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
·         Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan ventilator
·         Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :
v  Inotropik agent (Dopamine ) untuk meningkatkan curah jantung & tekanan darah.
v  Antibiotik untuk mengatasi infeksi
v  Kortikosteroid dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon inflamasi dan mempertahankan stabilitas membran paru.

Data Dasar Pengkajian

            Keadaan-keadaan berikut biasanya terjadi  saat periode latent saat fungsi paru relatif masih terlihat normal (misalnya 12 – 24 jam setelah trauma/shock atau 5 – 10 hari setelah terjadinya sepsis) tapi secara berangsur-angsur memburuk sampai tahapan kegagalan pernafasan. Gejala fisik yang ditemukan amat bervariasi, tergantung daripada pada tahapan mana diagnosis dibuat.

Aktivitas & Istirahat

Subyektif        :           Menurunnya tenaga/kelelahan
                        Insomnia
Sirkulasi
Subyektif           : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena embolik (darah, udara, lemak)
Obyektif             : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
                              Heart rate : takikardi biasa terjadi
                              Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi
                              Disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
                                    Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
Integritas Ego
Subyektif           :  Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
Obyektif             :  Restlessness, agitasi,  gemetar, iritabel, perubahan mental.

Makanan/Cairan

Subyektif           :  Kehilangan selera makan, nausea
Obyektif             :  Formasi edema/perubahan berat badan
                              Hilang/melemahnya bowel sounds

Neurosensori
Suby./Oby.         :  Gejala truma kepala
                              Kelambanan mental, disfungsi motorik
Respirasi
Subyektif           :  Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse
                              Kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”
Obyektif             : Respirasi : rapid, swallow, grunting
                              Peningkatan kerja nafas ; penggunaan otot bantu pernafasan seperti retraksi intercostal atau substernal, nasal flaring, meskipun kadar oksigen tinggi.
                              Suara nafas : biasanya normal, mungkin pula terjadi crakles, ronchi, dan suara nafas bronkhial
                              Perkusi dada :  Dull diatas area konsolidasi
                              Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
                              Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan dengan cara palpasi.
                              Sputum encer, berbusa
                              Pallor atau cyanosis
                              Penurunan kesadaran, confusion
Rasa aman
Subyektif           :  Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah, episode anaplastik
Seksualitas
Suby./Oby.         :  Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia

Kebutuhan belajar

Subyektif           :  Riwayat ingesti obat/overdosis
Discharge Plan            :           Ketergantungan sebagai efek dari kerusakan pulmonal, mungkin membutuhkan asisten saat bepergian, shopping, self-care.
Study Diagnostik
-      Chest X-Ray
-      ABGs/Analisa gas darah
-      Pulmonary Function Test
-      Shunt Measurement (Qs/Qt)
-      Alveolar-Arterial Gradient (A-a gradient)
-      Lactic Acid Level

Prioritas Keperawatan

1.      Memperbaiki/mempertahankan fungsi respirasi optimal dan oksigenasi
2.      Meminimalkan/mencegah komplikasi
3.      Mempertahankan nutrisi adekuat untuk penyembuhan/membantu fungsi pernafasan
4.      Memberikan support emosi kepada pasien dan keluarga
5.      Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognose, dan kebutuhan pengobatan

Tujuan Keperawatan

1.      Bernafas spontan dengan tidal volume adekuat
2.      Suara nafas bersih/membaik
3.      Bebas sari terjadinya komplikasi
4.      Memandang secara realistis terhadap situasi
5.      Proses penyakit, prognosis dan therapi dapat dimengerti

Diagnosa Keperawatan

1.      Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.
3.      Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, ke-luaran cairan kompartemental
4.      Resiko tinggi kelebihan volome cairan berhubungan dengan edema pulmonal non Kardia.
5.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan penurunan curah jantung,edema,hipotensi.
6.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak adekuat,pening katan sekresi,penurunan kemampuan untuk oksigenasi dengan adekuat atau kelelahan.
7.      Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
8.      Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan  berhubungan dengan kurang informasi, salah presepsi dari informasi yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan , menyatakan masalahnya.
Intervensi dan Rasional
  1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan :
-      Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
-      Pasien bebas dari dispneu
-      Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
-      Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Tindakan :
Independen
-      Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas
-      Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus
-      Catat karakteristik dari suara nafas
Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas
-      Catat karakteristik dari batuk
Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent
-      Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu
Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
-      Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi
Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru
-      Peningkatan oral intake jika memungkinkan
Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
Kolaboratif
-      Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi
Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen
-      Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi
Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
-      Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi
Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan
-      Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi
  1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.
Tujuan :
-      Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal
-      Bebas dari gejala distress pernafasan
Tindakan :
Independen
-      Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha nafas
-      Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan wheezing
Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas
-      Kaji adanya cyanosis
Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
-      Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat
Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium
-      Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
Kolaboratif
-      Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai
-      Berikan pencegahan IPPB
Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
-      Review X-ray dada
Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
-      Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant
Untuk mencegah ARDS
  1. Resiko tinggi defisit volume cairan
Faktor resiko : penggunaan deuritik, keluaran cairan kompartemental
Tujuan :
pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan darah, berat badan, urine output pada batas normal.
Tindakan :
Independen
-      Monitor vital signs seperti tekanan darah, heart rate, denyut nadi (jumlah dan volume)
Berkurangnya volume/keluarnya cairan dapat meningkatkan heart rate, menurunkan tekanan darah, dan volume denyut nadi menurun.
-      Amati perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter sputum
Penurunan cardiac output mempengaruhi perfusi/fungsi cerebral. Deficit cairan dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, sekret kental.
-      Hitung intake, output dan balance cairan. Amati “insesible loss”
Memberikan informasi tentang status cairan. Keseimbangan cairan negatif merupakan indikasi terjadinya deficit cairan.
-      Timbang berat badan setiap hari
Perubahan yang drastis merupakan tanda penurunan total body water
Kolaboratif
-      Berikan cairan IV dengan observasi ketat
Mempertahankan/memperbaiki volume sirkulasi dan tekanan osmotik. Meskipun cairan mengalami deficit, pemberian cairan IV dapat meningkatkan kongesti paru yang dapat merusak fungsi respirasi
-      Monitor/berikan penggantian elektrolit sesuai indikasi
Elektrolit khususnya pottasium dan sodium dapat berkurang sebagai efek therapi deuritik.

  1. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
-      Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
-      Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
-      Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
Tindakan
Independen:
-      Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
-      Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.
Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan.
-      Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.
Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.
-          Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan
Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami
-          Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi.
-          Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.
-          Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.
Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang  terjadi dan dapat mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan itu.
-          Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas.
Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya
Kolaboratif
-          Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan.
Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.
  1. Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan  berhubungan dengan kurang informasi, salah presepsi dari informasi yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan , menyatakan masalahnya.
Tujuan :
-          Pasien dapat menerangkan hubungan antara proses penyakit dan terafi
-          Menjelaskan secara verbal diet, pengobatan dan cara beraktivitas
-          Mengidentifikasi  dengan benar tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian medis
-          Memformulasikan rencana untuk follow –up
Tindakan :
Independen
-          Berikan pembelajaran dari apa yang dibutuhkan pasien. Berikan informasi dengan jelas dan dimengerti. Kaji potensial untuk kerjasama dengan cara pengobatan di rumah. Meliputi hal yang dianjurkan.
Penyembuhan dari gagal nafas mungkin memerlukan perhatian, konsentrasi dan energi untuk menerima informasi baru. Ini meliputi tentang proses penyakit yang akan menjadi berat atau yang sedang mengalami penyembuhan.
-          Sediakan informasi masalah penyebab dari penyakit yang sedang dialami pasien.
ARDS adalah sebuah komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan diagnosa primer. Pasien sering bingung oleh perkembangan itu, dalam k esehatan sistem respirasi sebelumnya.
-          Instruksikan tindakan pencegahan, jika dibutuhkan. Diskusikan cara menghindari overexertion dan perlunya mempertahankan pola istirahat yang periodik. Hindari lingkungan yang dingin dan orang-orang terinfeksi.
Pencegahan perlu dilakukan selama tahap penyembuhan. Hindari faktor yang disebabkan oleh lingkungan seperti merokok. Reaksi alergi atau infeksi yang mungkin terjadi untuk mencegah komplikasi berikutnya.
-          Sediakan informasi baik secara verbal atau tulisan mengenai pengobatan misalnya: tujuan, efek samping, cara pemberian , dosis dan kapan diberikan
Merupakan instruksi bagi pasien untuk keamanan pengobatan dan cara-cara pengobatan dapat diikutinya.
-          Kaji kembali konseling tentang nutrisi ; kebutuhan makanan tinggi kalori
Pasien dengan masalah respirasi yang berat biasanya kehilangan berat-badan dan anoreksia sehingga kebutuhan nutrisi meningkat untuk penyembuhan.
-          Bimbing dalam melakukan aktivitas.
Pasien harus menghindari kelelahan dan menyelingi waktu istirahat dengan aktivitas dengan tujuan meningkatkan stamina dan cegah hal yang membutuhkan oksigen yang  banyak
-          Demonstrasikan teknik adaptasi pernafasan dan cara untuk menghemat energi   selama aktivitas.
Kondisi yang lemah mungkin membuat kesulitan untuk pasien mengatur aktivitas yang sederhana.
-          Diskusikan follow-up care misalnya kunjungan dokter, test fungsi sistem pernafasan dan tanda/gejala yang membutuhkan evaluasi/intervensi.
Alasan mengerti dan butuh untuk follow up care sebaik dengan apa yang merupakan kebutuhan untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam hal medis dan mungkin mempertinggi kerjasama dengan medis.
-          Kaji rencana untuk mengunjungi pasien seperti kunjungan perawat
Mendukung selama periode penyembuhan 




DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan        dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.

Hudak, Gall0. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC.            Jakarta.


Cara Alternatif Hilangkan Sakit Kepala

Kamis, 21 Februari 2013


Cara Alternatif Hilangkan Sakit Kepala






Sakit kepala mungkin setiap orang pasti merasakan,kadang mungkin kita menyepelekan hal tersebut. Bagi yang mempunyai penyakit hipertensi atau darah tinggi sakit kepala tidak boleh di sepelekan karena hal tersebut mungkin tanda dari peningkatan darah yang kemungkinan bisa menyebabkan stoke. Dr. Winarhadi,SpS di RSUD MOh. Anwar berpendapat bahwa “ hati –hati bagi orang yang mempunyai tekanan darah tinggi kemudian dia sakit kepala karena hal tersebut kemungkinan terjadi peningkatan tekanan darah dan kemungkinan terburuk bisa terjadi stroke.”
Jadi untuk orang yang mempunyai riwayat hipertensi kemudian terjadi sakit kepala untuk sesegera mungkin memeriksakan tekanan darahnya. Bagi orang yang tidak mempunyai riwayat hipertensi berbagai macam cara untuk mengatasinya salah satunya dengan minum obat sakit kepala atau obat pereda nyeri. Selain obat ada beberapa cara alternatif untuk mengatasinya,berikut hal tersebut :
A.    Pijat
Bagi beberapa orang hal ini sering dilakukan sebagai alternatif untuk mengurangi sakit kepala,bahkan beberapa orang melakukannya secara rutin. Setelah ditanyakan orang – orang tersebut berpendapat bahwa hal tersebut dilakukan untuk melemaskan otot yang kaku. Entah secara medis benar atau tidak tapi saya pernah membaca sebuah buku bahwa ada suatu penilitian kecil, penderita migren/sakit kepala yang mendapatkan sesi pijat selama enam minggu, frekuensi migrainnya cenderung berkurang dan mendapatkan kualitas tidur lebih baik.

B.     Aerobik
Bagi penderita sakit kepala yang tidak pernah melakukan aerobik mungkin dari sekarang ubah pola hidup anda dengan melakukan aerobik .          Karena aerobik tidak hanya untuk mengurangi sakit kepala anda tapi juga menguatkan jantung anda. Aerobik yang di maksud bisa dengan jalan kaki tiap pagi,bersepeda,ataupun berenang. Sebuah penelitian menyatakan bahwa pasien migrain yang melakukan senam teratur selama 12-minggu dengan bersepeda di dalam ruangan menunjukkan, ada peningkatan kualitas hidup dan berkurangnya angka kejadian migrain, serta intensitas nyeri.

C.     Akupuntur
Teknik akupuntur menurut beberapa ahli mengatakan dapat mengurangi sakit kepala bahkan dapat mengurangi sakit kepala yang kronis dengan efek samping yang minimal.

D.    Peregangan
Mungkin teknik ini sering kita lakukan di saat kita kerja ataupun saat kita mengalami sakit kepala. Teknik peregangan di sini ada 3 jenis. Pertama gerakan leher (dagu ke depan, ke atas, dan ke samping kiri dan kanan), kedua gerakan bahu (gerakan bahu ke atas, putar bahu ke depan dan belakang), ketiga leher isometrik (tangan menekan pada setiap sisi kepala). Lakukan peregangan sehari dua kali.

E.     Yoga
Sebuah penilitian kecil terhadap kelompok migrain tentang efek samping latihan yoga ternyata di dapatkan bahwa kelompok yang mengikuti yoga selama 3 bulan secara perlahan dapat mengurangi sakit kepala di bandingkan kelompok yang konsumsi obat-obatan.

F.     Terapi panas dan dingin



Terapi ini mungkin juga sering di pakai oleh banyak orang, kadang jika seseorang mengalami sakit kepala kita sering mengkompres hangat daerah kepala bagian belakang. Selain terapi hangat di belakang kepala kita juga dapat mengkompres dingin(es) daerah pelipis.
Menurut penjelasan Edmund Messina, MD, dokter yang berpraktik di Michigan Headache Clinic, pembuluh arteri yang menyuplai darah ke dura (lapisan otak) letaknya di belakang lapisan tulang tipis di daerah pelipis. "Dura akan meradang pada saat Anda mengalami  migraine. Menurunkan suhu pada pembuluh darah yang melewati  area tersebut diyakini dapat meredakan rasa sakit yang timbul," ujarnya.

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Copyright 2010 Deddy's file. All rights reserved.
Themes by Ex Templates Blogger Templates - Home Recordings - Studio Rekaman