5 Cara Untuk Menghindari Diabetes

Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan kencing manis adalah penyakit yang tanpa disadari menyerang kita. Banyak sekali kejadian di rumah sakit penyakit diabetes tanpa di sadari oleh penderita,pasien sadar sudah terkena diabetes pada saat di rumah sakit. Oleh karena itu bagi kita yang sudah berumur diatas 35 tahun wajib untuk memeriksakan diri kadar gula kita. Baca selanjutnya ...

Cara Merangsang Otak Anak

Untuk orang tua jangan sampai lewatkan periode emas anak kita,periode emas yang terjadinya 1 kali dalam hidup sangat di sayangkan bila di lewatkan oleh orang tua. Periode emas yang terjadi pada umur 1-3 tahun dimana pada waktu itu anak sedang dalam proses membentuk jati diri. Pembentukan kognisi serta emosi pada periode emas ciptakan fondasi yang hakiki buat anak oleh karena itu sangat di sayangkan seandinya di lewatkan orng tua. Dalam periode emas ini orang tua sangat berperan penting mulai memberikan nutrisi yang lengkap dan seimbang hingga membantu anak mencapai perkembangan mental dan kognisi yang optimal. Baca selanjutnya ...

Asuhan Keperawatan pada pasien Fraktur

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner and Suddart, 2000) Baca selanjutnya ...

Mengenal Lebih Jauh Tentang Hamil Anggur (Mola Hydatidosa)

Kehamilan anggur atau dalam kata medis di kenal dengan mola hydatidosa adalah tumor yang jinak (benigna) dari chorion yang terjadi pada masa reproduksi. Kehamilan anggur sering terjadi pada wanita umur 45 tahun ke atas namun di rumah sakit besar jarang terjadi terutama di Indonesia kira-kira 1 di antara 80 persalinan. Baca selanjutnya ...

Asuhan Keperawatan pada pasien Tbc

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI). Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999). Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk batang dan Tahan asam ( Price , 1997 ) Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 – 4 /mm Dengan tebal 0,3 – 0,5 mm. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare. Baca selanjutnya ...

Asuhan Keperawatan pada pasien anak dengan Febris

Senin, 27 Juni 2011


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Febris



FEBRIS DEMAM

A.    PENGERTIAN

Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1.      Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2.      Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3.      Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4.      Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5.      Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap inveksi bakterial.

B.     ETIOLOGI

Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

C.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.

D.    PENATALAKSANAAN THERAPEUTIK

1.      Antipiretik
2.      Anti biotik sesuai program
3.      Hindari kompres alkohol atau es

E.     PENGKAJIAN 

1.      Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi: sejak kapan timbul demam, gejala lain yang menyertai demam (miasalnya: mual muntah, nafsu makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah anak menggigil, gelisah atau lhetargi, upaya yang harus dilakukan.
2.      Melakukan pemeriksaan fisik.
3.      Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal: keadaan umum, vital sign.
4.      Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti: pemeriksaan laboratotium, foto rontgent ataupun USG.

F.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2.      Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3.      Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporsis


G.    PERENCANAAN

No.         
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
1
Hyperthermia b/d proses infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….x 24 jam menujukan temperatur dalan batas normal dengan kriteria:
-      Bebas dari kedinginan
-      Suhu tubuh stabil 36-37 C
1.   Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis
2.   Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
3.   Berikan kompres hangat hindri penggunaan akohol
4.   Berikan miman sesuai kebutuhan
5.   Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
2
Resiko injuri b/d infeksi mikroorganisme
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... 24 jam anak bebas dari cidera dengan kriteria:
-  menunjukan homeostatis
-  tidak ada perdarahan mukosa dan bebas dari komplikasi lain

1.   Kaji tanda-tanda komplikasi lanjut
2.   Kaji status kardiopulmonar
3.   Kolaborasi untuk pemantauan laboratorium: monitor darah rutin
4.   Kolaborasi untuk pembereian antibiotik
3
Resiko kurang volume cairan b/d intake yang kurang dan deperosis
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ….x 24 jam volume cairn adekuat dengan kriteria:
-  tanda vital dalam batas normal
-  nadi perifer teraba kuat
-  haluran urine adekuat
-  tidak ada tanda-tanda dehidrasi

1.   Ukur/catat haluaran urine dan berat jenis. Catat ketidak seimbangan masukan dan haluran kumulatif
2.   Pantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP
3.   Palpasi denyut perifer
4.   Kaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa halus
5.   Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi
6.   Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS
4
Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam cemas hilang dengan kriteria:
-  klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh
-  klien mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang dilakukan
-  klien mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan hipertermi, proses penyakit

1.   Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien mengenai hipertermi
2.   Berikan informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi
3.   Validasi perasaan klien dan yakinkan klien bahwa kecemasam merupakan respon yang normal
4.   Diskusikan rencana tindakan yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan keadaan penyakit



Asuhan Keperawatan pada pasien Fraktur

Minggu, 26 Juni 2011


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur

 

 


I.        PENGERTIAN

      Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

II.     JENIS FRAKTUR
a.       Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b.       Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c.       Fraktur tertutup:  fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d.      Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e.       Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f.        Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g.       Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h.       Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i.         Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j.         Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang  oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

III.  ETIOLOGI
a.       Trauma
b.       Gerakan pintir  mendadak
c.       Kontraksi otot ekstem
d.      Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma


IV.        MANIFESTASI KLINIS

a.       Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b.       Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c.       Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat  diatas dan dibawah tempat fraktur
d.      Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e.       Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

V.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.       Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b.       Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c.       Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d.      Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

VI.        PENATALAKSANAAN

a.       Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin  untuk kembali seperti letak semula.
b.       Imobilisasi fraktur
      Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c.       Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

VII.        KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

VIII.     PENGKAJIAN 

1.       Pengkajian primer
-          Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
-          Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
-          Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2.       Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
z  kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
z  Keterbatasan mobilitas
b.       Sirkulasi
z  Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
z  Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
z  Tachikardi
z  Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
z  Cailary refil melambat
z  Pucat pada bagian yang terkena
z  Masa hematoma pada sisi cedera
c.       Neurosensori
z  Kesemutan
z  Deformitas, krepitasi, pemendekan
z  kelemahan
d.      Kenyamanan
z  nyeri tiba-tiba saat cidera
z  spasme/ kram otot
e.              Keamanan
z  laserasi kulit
z  perdarahan
z  perubahan warna
z  pembengkakan lokal

IX.  DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 

a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
z  Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
z  Mempertahankan posisi fungsinal
z  Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
z  Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
                                      Intervensi:
            a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
d.Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f.  Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
g. Ubah psisi secara periodik
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
   Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
   Kriteria hasil:
Klien menyatajkan nyei berkurang
Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
Tekanan darahnormal
Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
a.                  Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
b.                 Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c.                    Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
d.                 Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
e.                  Jelaskanprosedu sebelum memulai
f.                  Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
g.                   Drong  menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
h.                 Observasi tanda-tanda vital
i.                   Kolaborasi : pemberian analgetik

C.         Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
z  Penyembuhan luka sesuai waktu
z  Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi:
a.       Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
b.      Monitor suhu tubuh
c.       Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d.      Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e.       Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f.       Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g.      Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h.      Kolaborasi emberian antibiotik.



DAFTAR PUSTAKA


1.       Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
2.       Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
3.       Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.  Edisi 8. Vol  3. Jakarta. EGC
4.       Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Asuhan Keperawatan pada pasien Diare



asuhan keperawatan Pada Pasien Diare



DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi)  dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).

ETIOLOGI
1.      Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2.      Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3.      Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak,  protein.
4.      Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
5.      Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.



PENGKAJIAN KEPERAWATAN


1.      Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.      Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3.      Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5.      Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7.      Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8.      Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a.       Pertumbuhan
o   Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),  PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o   Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
o   Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
o   Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b.      Perkembangan
o   Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
o   Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
o   Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1.      berdiri  dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun  2 hitungan (GK)
2.      Meniru membuat garis lurus (GH)
3.      Menyatakan keinginan   sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4.      Melepasa pakaian sendiri (BM)
9.      Pemeriksaan Fisik
a.       pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b.      keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c.       Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d.      Mata : cekung, kering, sangat cekung
e.       Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.       Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g.      Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.       Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i.        Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j.        Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10.  Pemeriksaan Penunjang
1)         Laboratorium :
·            feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
·            Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
·            AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
·            Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2)         Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

PENATALAKSANAAN DIARE
Rehidrasi

1.      jenis cairan
1)      Cara rehidrasi oral
o   Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
o   Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2)      Cara parenteral
o  Cairan I  : RL dan NS
o  Cairan II : D¼ salin,nabic. KCL
      D5 : RL = 4 : 1  + KCL
      D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
o  HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2.      Jalan pemberian
1)      Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2)      Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)

3.      Jumlah Cairan ; tergantung pada :
1)      Defisit ( derajat dehidrasi)
2)      Kehilangan sesaat (concurrent less)
3)      Rumatan (maintenance).
4.      Jadwal / kecepatan cairan
1)      Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
o   BB (kg) x 50 cc
o   BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2)      Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt


Terapi
1.      obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2.      onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3.      antibiotik :  bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

Dietetik
a.         Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan  padat / makanan cair atau susu
b.         Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
6.      Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o   Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50  c, RR : < 40 x/mnt )
o   Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o   Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)        Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2)        Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3)        Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4)        Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5)        Kolaborasi :
-          Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
-          Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
-          Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan        : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria        : - Nafsu makan meningkat
-          BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)        Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2)        Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3)        Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4)        Monitor  intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5)        Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a.       terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b.      obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan


Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan        :  Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
                         Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)        Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)        Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3)        Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan   peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan      : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
-             Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1)        Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2)        Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3)        Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan      : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil :  Mau menerima  tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
 Intervensi :
1)      Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2)      Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3)      Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4)      Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5)      Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak




DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan.  Ed 2. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994.  Pedoman Diagnosa dan Terapi .  RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997.  Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995.  Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000.  Keperawatan Anak.  EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Copyright 2010 Deddy's file. All rights reserved.
Themes by Ex Templates Blogger Templates - Home Recordings - Studio Rekaman