5 Cara Untuk Menghindari Diabetes

Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan kencing manis adalah penyakit yang tanpa disadari menyerang kita. Banyak sekali kejadian di rumah sakit penyakit diabetes tanpa di sadari oleh penderita,pasien sadar sudah terkena diabetes pada saat di rumah sakit. Oleh karena itu bagi kita yang sudah berumur diatas 35 tahun wajib untuk memeriksakan diri kadar gula kita. Baca selanjutnya ...

Cara Merangsang Otak Anak

Untuk orang tua jangan sampai lewatkan periode emas anak kita,periode emas yang terjadinya 1 kali dalam hidup sangat di sayangkan bila di lewatkan oleh orang tua. Periode emas yang terjadi pada umur 1-3 tahun dimana pada waktu itu anak sedang dalam proses membentuk jati diri. Pembentukan kognisi serta emosi pada periode emas ciptakan fondasi yang hakiki buat anak oleh karena itu sangat di sayangkan seandinya di lewatkan orng tua. Dalam periode emas ini orang tua sangat berperan penting mulai memberikan nutrisi yang lengkap dan seimbang hingga membantu anak mencapai perkembangan mental dan kognisi yang optimal. Baca selanjutnya ...

Asuhan Keperawatan pada pasien Fraktur

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner and Suddart, 2000) Baca selanjutnya ...

Mengenal Lebih Jauh Tentang Hamil Anggur (Mola Hydatidosa)

Kehamilan anggur atau dalam kata medis di kenal dengan mola hydatidosa adalah tumor yang jinak (benigna) dari chorion yang terjadi pada masa reproduksi. Kehamilan anggur sering terjadi pada wanita umur 45 tahun ke atas namun di rumah sakit besar jarang terjadi terutama di Indonesia kira-kira 1 di antara 80 persalinan. Baca selanjutnya ...

Asuhan Keperawatan pada pasien Tbc

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI). Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999). Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk batang dan Tahan asam ( Price , 1997 ) Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 – 4 /mm Dengan tebal 0,3 – 0,5 mm. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare. Baca selanjutnya ...

Asuhan Keperawatan pada pasien Tumor Paru

Selasa, 14 Juni 2011


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Paru





PATOFISIOLOGI
Ø  Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Ø  Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
ETIOLOGI
1)      Pengaruh Rokok
    Berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah rokok  yang dihisap dengan besar resiko terjadinya karsinoma bronkogenik pada perokok
Dalam jangka panjang 10-20 tahun merokok:
       1 -10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali.
       20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali.
       40-50 batang / hari meningkatkan resiko 70-80 kali.
2)      Paparan Industri
       Asbestos merupakan salah satu bahan indusri yang dapat menyebabkan tumor paru. Paparan industri ini biasanya baru akan nampak pada jangka waktu 15 hingga 20 tahun (Hood Alsagaf dan abdul Mukty, 2006: 183).
 
3)      Predisposisi Penyakit Lain
Tuberkulosis paru banyak dikaitkan sebagai faktor prdisposisi karsinoma bronkogenik melalui mekanisme hiperplasia metaplasi. Data dari Aurbach (1979) menyatakan bahwa 6,9 % dari kasus karsinoma bronkogenik berasal dari jaringan parut. Dari 1186 karsinoma parut tersebut berasal dari bekas tuberkulosis. Patut dicatat bahwa data ini berasal dari Amerika Serikat dimana insiden tuberkulosis paru hanya 0,015 % atau 1/20 insiden tuberkulosis di Indonesia (Hood Alsagaf dan abdul Mukty, 2006: 184).

4)      Pengaruh Genetik dan Status Imun
      Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan terdapat pengaruh keturunan yang terlepas dari paparan lingkungan, hal ini membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat diturunkan. Status imunologis penderita yang dipantau dari respon imun seluler menunjukkan adanya korelasi antara derajat diferensiasi sel, stadium penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis (Hood Alsagaf dan abdul Mukty, 2006: 184

  5) Radon
Merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan. Kadar radon yang tinggi yaitu lebih besar dari 4 pikocuri/L dikaitkan dengan terjadinya kanker paru (Brunner dan Suddarth, 2002: 321).
 
6. Vitamin A
Riset menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah masukan vitamin A dan terjadinya kanker paru (Sylvia Anderson Price dan Lorraine M, 2006: 844).

TANDA DAN GEJALA
}  Sentral : Karsinoma epidermoid dan anaplastik
}  Perifer : adeno karsinoma dan karsinoma anaplastik jenis large cell.

       TANDA DAN GEJALA SENTRAL
}  batuk karena iritasi intrabronkial
}   sesak napas karena obstruksi bronchial
}  nyeri dada karena tekanan intrapleural
}  bising mengi
}  batuk darah karena ruptur kapiler tumor intrabrakial
        sesak nafas dan batuk darah

TANDA DAN GEJALA PERIFER
Pada tumor paru perifer umumnya tidak menyebabkan gejala sumbatan pada paru dan terkadang tidak memberikan gejala sama sekali. Bila timbul keluhan, umumnya merupakan gesekan pleural parietal yang menyebabkan batuk dan nyeri dada.



ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Penatalaksanaan Keperawatan
            Penentuan Faktor Resiko
            1. Riwayat penggunaan tembakau.
Jumlah rokok, cerutu per hari.
Berapa lama pasien telah merokok, kedalaman inhalasi, jumlah tar dalam rokok yang dihisap.
2. Pemajanan terhadap asap tembakau, meliputi pemajanan pasif atau langsung.
                        Jam perhari.
                        Jumlah dalam tahun.
            3. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi.
            4. Pemajanan terhadap bahan karsinogen.
                        Asbes.
                        Hidrokarbon aromatik.
                        Bijih radoaktif.
                        Radon.
                        Bis eter.
                        Arsenik anorganik.
                        Nikel, perak, kromium, kadmium, berilium, kobalt, selenium, besi.
            5. Pemajanan terhadap polusi cuaca.
            6. Riwayat penyakit paru kronis.
            7. Masukkan sedikit dari vitamin A.
           
            Tanda dan Gejala
            1. Perubahan dalam kebiasaan pulmoner
            2. Infeksi pernafasan
            3. Batuk kronis
            4. Batuk produktif  biasanya malam hari.
            5. Sputum berwarna kuning.
            6. Hemaptosis
            7. Nyeri dada
            8. Mengi unilateral
            9. Dispnea
            10. Pneumositis
            11. Nyeri bahu dan lengan atas
            12. Penurunan berat badan.
            13. Ekstrapulmonar
                        Hiperkalsemia
                        Sindrom cushing
                        Dermatomiositis
                        Jari tabuh
                        Anemia

2.2 Dasar data Pengkajian

Pemeriksaan tergantung tipe, lamanya kanker dan luasnya metastase.
1.      Aktivitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan dan atau keletihan.
Perubahan pada pola istirahat tidur jam kebiasaan tidur pada malam hari.
Muncul karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misalnya: nyeri, ansietas, berkeringat malam, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi/ latihan.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
Tanda : Kelesuan (biasanya tahap lanjut).

2.      Sirkulasi
Gejala: JVD (obstruksi vena kava)
Bunyi jantung; gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardia.
Jari tabuh.
Tanda : palpitasi, nyeri dada pada pertengahan kerja.
3.      Integritas Ego
Gejala: perasaan takut, hasil pembedahan.
Menolak kondisi yang berat/ potensial keganasan, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda: Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang.
Menyangkal, menarik diri, marah.
4.      Eliminasi
gejala: diare yang hilang timbul (ketidak seimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
5.      Makanan Cairan
Gejala: penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan nafsu makan.
Kesulitan menelan.
Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda: kurus, kerempeng
6.      Nyeri/ keamanan
Gejala: nyeri dada(tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat atau tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu atau tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma).
Nyeri tulang atau sendi : erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan (sel besar).
Nyeri abdomen hilang timbul.
7.      Pernafasan
Gejala: Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan produksi sputum.
Napas pendek.
Pekerja yang terpajan polutan (mis: debu, asbes, oksida debu, debu batubara, materi radioaktif).
Serak, paralisi pita suara.
Riwayat merokok.
Tanda: Dispnea, meningkat dengan kerja.
Peningkatan fremitus traktil (menunjukkan konsolidasi).
Mengi pada inspirasi dan atau ekspirasi (gangguan aliran udara).
Hemoptisis.
8.      Keamanan
Tanda: Demam mungkin karena ada sel besar atau adenokarsinoma.
Kemerahan.
9.      Interaksi Sosial
Gejala: Kelemahan sistem pedukung.
Riwayat perkawinan b.d dukungan atau bantuan.
Masalah fungsi atau tanggung jawab peran.
10.  Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: Faktor resiko tumor paru.
Kegagalan untuk membaik.

2.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Tumor Paru
          Terbagi menjadi dua, yaitu:
I. Preoperasi menurut Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999. (http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/kanker-paru.html)
1. Kerusakan pertukaran gas b.d:
Hipoventilasi.

Kriteria hasil :
-    Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
-    Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.

Intervensi Keperawatan:

Intervensi
Rasional
a. Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.

b. Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi.
Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.

c) Kaji adanmya sianosis
Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.

d. Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi.
Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
e. Awasi atau gambarkan seri GDA.
Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d:
-    Kehilangan fungsi silia jalan nafas.
-    Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
-    Meningkatnya tahanan jalan nafas.

Kriteria hasil :
-    Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
-    Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih.
-    Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
-    Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersiahn jalan nafas.

Intervensi Keperawatan:

Intervensi
Rasional
a) Catat perubahan upaya dan pola bernafas.

Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
b) Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.

Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
c) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum.
Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah.
d) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.

3. Ketakutan/Anxietas b.d:
-          Krisis situasi
-          Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
-          Faktor psikologis.

Kriteria hasil :
-          Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.
-          Mengakui dan mendiskusikan takut.
-          Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani.
-          Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.

Intervensi Keperawatan:

Intervensi
Rasional
a) Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.
Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
b) Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.

Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
c) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.
Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
d) Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
e) Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b.d:
-          Kurang informasi.
-          Kesalahan interpretasi informasi.
-          Kurang mengingat.

Kriteria hasil :
-          Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
-          Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
-          Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
-          Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.



Intervensi Keperawatan:

Intervensi
Rasional
a) Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.
Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
b) Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
c) Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.
Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
d) Berikan pedoman untuk aktivitas.

Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.


II. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

1. Kerusakan pertukaran gas b.d:
-          Pengangkatan jaringan paru.
-          Gangguan suplai oksigen.
-          Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).
Kriteria hasil :
-          Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
-          Bebas gejala distress pernafasan.

Intervensi Keperawatan:

Intervensi
Rasional
a) Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran mukosa.
Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.
b) Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi nafas tak normal.

Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada.
c) Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat
Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi, menggangu pertukaran gas.

d) Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga telentang sampai posisi miring.
Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.
e) Dorong bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan tepat.
Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/ mencegah atelektasis.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d:
-          Peningkatan jumlah/ viskositas sekret.
-          Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.
-          Kelemahan/ kelelahan.
Kriteria hasil :
Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.


Intervensi Keperawatan:

Intervensi
Rasional
a) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya sekret.
Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.
b) Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.
Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menmguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.
c) Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.
Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
d) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.
Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/ peningkatan pengeluaran.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau analgetik sesuai indikasi.
Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.




3. Nyeri (akut) b.d:
-          Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.
-          Adanya selang dada.
-          Invasi kanker ke pleura, dinding dada.

Kriteria hasil :
-          Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.
-          Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
-          Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.

Intervensi Keperawatan:

Intervensi
Rasional
a) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10.
Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic, meningkatkan control nyeri.
b) Kaji pernysataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi.
c) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
d) Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.
Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
e) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi
Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.

4. Anxietas b.d:
-          Krisis situasi.
-          Ancaman/ perubahan status kesehatan.
-          Adanya ancman kematian.

Kriteria hasil :
-          Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah.
-          Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat.
-          Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.

Intervensi Keperawatan:

Intervensi
Rasional
a) Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang diagnosa.
Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
b) Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan kanker dan pengobatannya.
c) Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.
Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan emebuka cara penyelesaiannya.
d) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi..
e) Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan.
Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tek berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa.
f) Berikan kenyamanan fiik pasien.
Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b.d:
-          Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber.
-          Salah interperatasi informasi.
-          Kurang mengingat.

Kriteria hasil :
-          Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.
-          Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alas an tindakan tersebut.
-          Berpartisipasi dalam proses belajar.
-          Melakukan perubahan pola hidup.

Intervensi Keperawatan:

Intervensi
Rasional
a) Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil yang diharapkan.
Memberikan informasi khusus individu, membuat pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajemen di rumah. Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat untuk membuat keputusan berdasarkan informasi.
b) Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang dari penyembuhan.
Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada tipe pembedahan, kondisi preoperasi, dan lamanya/ derajat komplikasi.
c) Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang.
Pengkajian evaluasi status pernafasan dan kesehatan umum penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan optimal. Juga memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/ pertanyaan pada waktu yang sedikit stres.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Copyright 2010 Deddy's file. All rights reserved.
Themes by Ex Templates Blogger Templates - Home Recordings - Studio Rekaman